Kupas Tuntas MPASI Ghazi



Ketika anak memasuki fase MPASI, menjadi momen yang menegangkan bagi seorang Ibu. Terutama seorang Ibu baru seperti saya. Bagaimana tidak, anak yang selama ini hanya minum ASI kini dia bisa mencicipi makanan dan minuman lainnya. Selain itu, yang membuat Ibu jadi tegang ketiga menghadapi fase ini, nutrisi dan berat badan anak yang selama ini hanya dipengaruhi oleh ASI kali ini juga dipengaruhi oleh asupan makanan yang dia makan. Salah kasih makan, bisa-bisa mempengaruhi berat badannya.
Nah, makanya untuk menghadapinya saya berusaha se-optimal mungkin. Supaya nggak salah langkah saat mengenalkan makanan buat Ghazi. Tapi, seiring berlajannya waktu.. semua persiapan yang saya lakukan sebelum Ghazi MPASI, buyaarr di tengah jalan. Seperti apa ceritanya? Yuk cussss… kita mulai perjalanannya..
Alat tempur MPASI
Sebelum Ghazi mulai MPASI, saya menyiapkan beberapa peralatan memasak baru seperti: kukusan, panci, teflon, centong, spatula, talenan, pisau, yang digunakan terpisah dan yang terakhir Pigeon Food Maker. Selain itu, saya pakai barang-barang lama dan kado seperti blender, Baby Safe 10 in 1 Multifunction Steamer.
Berdasarkan fungsinya, semua peralatan MPASI yang saya miliki ini semuanya terpakai. Nggak usah neko-neko beli perlengkapan yang dipunya sama ibu-ibu lain di Instagram. Alat kayak gini aja cukup kok. Dan karena proses MPASI Ghazi ini cepat, usia 10 bulan dia udah makan nasi lembek dan menu rumahan jadinya sejak itu beberapa alat jadi pensiun deh.
Menu dan Jadwal Makan
Ghazi makan 3x sehari dengan menu utama dan 2x selingan. Waktu awal-awal MPASI, biasanya saya bikin satu menu utama di pagi hari, saya pisahin ke baby cubes sesuai porsinya terus saya masukin kulkas. Pas mau dimakan Ghazi, baru makanannya diangetin lagi. Alhamdulillah cara praktis ini sangat membantu ibu bekerja seperti saya.
Oh iya, kalau selingannya biasanya menunya buah-buahan, cemilan biskuit bayi, susu (ASIP atau sufor). Ghazi bukan tipe anak yang suka makan, kalau kenyang dia pasti akan nolak apapun. Dan sebenernya dia juga gak suka ngemil. Waktu awal MPASI saya harus teratur banget si Ghazi makan jam berapa, terus cemilannya sebagai makanan selingan dikasih jam berapa. Hasilnya? Sudah pasti jadwalnya berantakan tidak sesuai rencana dan malah bikin saya stress ngeliat anak gak mau makan.
Akhirnya saya introspeksi diri, dan mengetahui bahwa cara saya salah. Ya orang kalau anaknya gak laper, ya mana mau disuruh makan. Yang tau kapan anak lapar kan anaknya, bukan Bundanya. Akhirnya saya menerapkan jadwal makan Ghazi dengan cara sesuai permintaan dia. Pagi-pagi biasanya saya ajak dia main dulu, dan pas dia kelihatan capek baru saya tawarin makan. Saya selalu nanya “Ghazi mau mam?”, kalau dia kasih tanda positif saya sediain makanan. Kalau udah begitu Bundanya gak usah pusing maksa dia makan, dia pasti akan makan dengan lahap. Begitu juga dengan makan siang, malam, dan cemilannya.
Efeknya, Ghazi jadi cepet berkomunikasi dengan orang sekitar dia. Dia pasti akan bilang kalau dia lapar dengan ngomong “mam”, klo mau cemilan dia juga akan minta sendiri “kuku” (maksudnya susu) dan “yuk” (jeruk) atau nunjuk kulkas buat minta buah-buahan lainnya.
Spoon-Feeding vs BLW (Baby Led Weaning)
Nah, ini nih yang selalu jadi perbincangan ibu-ibu millenial. Metode BLW (Baby Led Weaning) belakangan ini jadi trend. Dan sejujurnya, waktu sebelum MPASI saya juga sangat tertarik dengan metode ini. Tapi, setelah praktek langsung dan tanya sana sini pada ahlinya. Inget, ahlinya ya (baca buku atau ke dokter atau konselor laktasi) bukan cuman nanya di grup medsos atau lihat orang aja hehe. Saya memilih pakai metode spoon-feeding, tapi tetep combine sama BLW ini. Gimana tuh caranya? Begini nih pengalamannya:
Untuk menu utama, saya selalu suapin dia pakai sendok atau tangan. Kalau pakai sendok, saya suka kasih Gahzi sendok juga. Jadi dia suka ikut-kutan belajar makan pakai sendok, walaupun masih banyak mainnya bukan makan seriusnya. Tapi gapapa, yang penting si anak tetep fun. Nah, kalau Ghazi lagi makan cemilan kayak buah, atau biskuit baru tuh dia saya bebaskan buat bereksplorasi.
Seiring dengan pertumbuhan usianya, si anak pastinya akan lebih terasah dong ya motoriknya. Sekarang di usia Ghazi 17 bulan, dia udah nggak mau lagi disuapin maunya makan sendiri pakai sendok atau tangannya. Ngeliat kondisi Ghazi yang begini saya malah baper, mikir ini anak kok cepet amat gedenya sampe nolak disuapin. Padahal dulu maunya BLW-an yah biar gak nyuapin. Ah, dasar emak-emak baperan! Hahaha
Dari proses makan Ghazi yang ini saya bisa belajar kalau standar setiap anak itu beda-beda. Ada anak yang cocok BLW, ada yang spoon-feeding, dan anak kita gak bisa disamain sama anak orang lain. Selain itu saya juga belajar kalau semua hal itu butuh proses, dan proses tidak akan pernah mengkhianati hasil (lah kenapa jadi kaya kata mutiara). Selama pemberian MPASI ini Ghazi ngelewatin semua proses dari tekstur makanan lembut yang diblender, sampese karang dia udah bisa makan apa yang kita makan tanpa harus disuapin. Prosesnya panjang banget dengan berbagai drama yang harus dilewati. Gak usah cemas nanti klo nggak cepet-cepet diajarin makan sendiri anaknya gak bisa mandiri makan sendiri. Ini buktinya anak saya gak gitu kok, inget ya buibu semuanya itu butuh proses jangan jadikan orang lain jadi patokan. Pahami dulu anak sendiri, sebelum iri ngeliat anak orang lain.
Drama GTM (Gerakan Tutup Mulut)
Nah ini nih yang pastinya dialami sama semua ibu-ibu di seluruh dunia. Saya tahu banget gimana rasanya kalau anak gak mau makan. Stress, pusing, sedih, sampe frustasi ngeliatnya. Kalau diceritain satu-satu tentang drama GTM nya Ghazi kayaknya gak akan selesai-selesai ceritanya. Kuncinya sih, saat anak GTM kita harus sabaaaarrr bangeeettt dan kenali juga penyebabnya. Kalau mau tahu tips soal GTM mungkin bisa tonton hasil live chat ini:

Share:

0 comments