Miscarriage Story

Saya ingin sedikit bercerita tentang pengalaman saya beberapa bulan yang lalu. Pada awal bulan April yang lalu, saya dan suami mendapat rezeki yang sangat luar biasa. Kami diberikan amanah oleh Allah untuk menjadi calon orangtua. Senang, haru, cemas, semua menjadi satu. Mengandung calon buah hati adalah hal yang sangat luar biasa, hal ini pasti didambakan oleh setiap wanita yang telah menikah.

Alhamdulillah, kehamilan saya saat itu berjalan dengan lancar. Saya tidak merasakan mual, muntah, lemas seperti yang dikeluhkan beberapa ibu hamil di trimester pertama. Namun saat usia kandungan saya memasuki 6 minggu, saya mengalami masalah. Saat saya sedang bekerja, saya ke toilet untuk buang air kecil. Setelah saya buang air kecil, saya sadar ada flek darah. Saat itu juga saya menelpon Ibu mertua saya, untuk meminta saran. Saya lemas, gemetar, dan takut sesuatu akan terjadi pada janin saya. Akhirnya pada saat itu juga saya meminta izin untuk ke Rumah Sakit.

Sesampainya di RS, saya langsung menemui dokter kandungan. Sayang sekali Dr. Waluyo yang biasa menangani saya sedang tidak praktek, jadi saya menemui dokter kandungan lainnya. Saya cemas karena flek yang keluar semakin banyak. Akhirnya saya di USG, saat USG saya melihat perkembangan kantong kehamilan yang lebih besar dibandingkan minggu sebelumnya saat saya kontrol. Dokter memberikan obat penguat kandungan kepada saya karena saya masih memiliki harapan yang besar untuk melanjutkan kehamilan saya. Saya juga disarankan untuk bedrest selama 2 minggu untuk menghentikan flek yang keluar.

Keesokan harinya, saya merasakan perut saya sedikit kram. Saya masih berpikiran mositif, mungkin ini hanya perubahan Rahim saya. Tapi semakin lama, flek yang keluar berubah menjadi semakin banyak seperti menstruasi. Saya tetap berpikiran positif kalau saya tidak apa-apa. Mungkin saya hanya perlu istirahat karena kegiatan saya yang selalu melelahkan.

Setelah satu minggu pendarahan saya berhenti. Tapi, saya masih mendapatkan flek yang muncul. Saya ingin memeriksakan kandungan saya lagi ke dokter, tapi pada saat itu Dr. Waluyo sedang cuti ke luar negeri. Akhirnya saya bersabar untuk memeriksakan kandngan saya minggu depan.


Hari yang kami tunggu-tunggu akhirnya tiba, saya sudah berhenti flek dan sudah tiba saatknya kami bertemu dengan Dr. Waluyo. Saya sudah sangat tidak sabar karena saat itu usia kehamilan saya 9 minggu, itu berarti saya sudah bisa melihat detak jantung janin. Jantung saya berdegup kencang saat dokter mulai meletakkan alat USG di atas rahim saya. Saya semakin deg-deg an saat dokter mengatakan belum bisa melihat janin saya. Akhirnya dokter melakukan USG transvaginal, pada saat USG dilakukan disitu terlihat kantong kehamilan saya sudah rusak dan luruh. Tinggal sedikit sisa-sisanya saja yang tertinggal. Saya langsung lemas seketika, rasanya saya ingin menangis saat itu juga. Tapi saya masih bisa menahan karena dokter dan suster pada saat itu menghibur saya dengan kata-kata yang menenangkan. Namun di lubuk hati saya, saat itu juga saya merasakan dunia seakan runtuh, harapan dan bayangan masa depan saya hancur. Sedih, marah, kecewa, hanya perasaan itu yang tersisa di hati saya. 

Sedih, marah, kecewa, hanya perasaan itu yang tersisa di hati saya. 


Share:

0 comments