Deal with Miscarriage
Sebelum mengalami keguguran, saya pernah mengalami hal-hal sulit lainnya. Saya pernah memiliki penyakit yang saya alami dari balita hingga usia saya 16 tahun. Lemah dan hampir tidak bisa mempertahankan nyawa sendiri sudah pernah saya hadapi beberapa kali, namun ternyata ketika saya tidak bisa mempertahankan nyawa janin saya adalah hal yang lebih menyakitkan dari itu. Saya sangat marah terhadap diri saya sendiri. Saya tidak peduli lagi dengan diri saya dan dengan apapun yang saya hadapi.
Perasaan marah itu pun membuat saya sedih dan menyesal. Beruntung saya memiliki suami yang pengertian, dia selalu mengorbankan waktunya untuk selalu ada di sisi saya. Orang-orang terdekat saya pun saat tahu saya mengalami hal ini pun tidak memberikan komentar apa-apa. Mereka malah memberikan saya semangat untuk move on. Namun, tidak semua orang dapat mengerti keadaan yang saya alami. Saya juga mendapat komentar dari beberapa orang yang cukup membuat saya tambah down. Saya tidak butuh komentar mereka, ini hidup saya, kalian tidak tahu apa yang saya rasakan, saya yang hidup kok kalian yang repot. Itu yang ada di dalam pikiran saya saat itu.
Seiring berjalannya waktu saya sadar saya tidak dapat seperti ini terus. Saya kehilangan fokus dalam hidup saya. Banyak hal yang terbengkalai gara-gara sikap dan emosi saya yang terus seperti ini. Saya harus meluruskannya kembali. Namun bagaimana caranya?
Saya ingat saya selalu diajarkan untuk selalu ikhlas dan tawakal saat mendapati hal yang saya inginkan tidak dikehendaki oleh Allah. Ikhlas, kata yang mudah untuk diucapkan namun teramat sangat berat untuk dilakukan. Agar saya bisa ikhlas, saya mencoba untuk introspeksi diri. Saya mengingat semua runtutan kejadian yang saya alami, lalu saya tersadar rasa marah yang saya rasakan telah menutup rasa syukur. Saya pun mulai menghilangkan perasaan marah dan kecewa tersebut. Saya memaafkan diri saya sendiri, saya mengingat-ingat segala hal yang patut saya syukuri. Tidak ada apapun di dunia ini yang terjadi tanpa izin Allah. Apa yang sedang saya jalani saat ini, dan apa yang akan terjadi di masa depan semuanya sudah tertulis. Rasa syukur benar-benar membantu saya untuk ikhlas menghadapi hal ini, saya percaya apa yang telah Allah tuliskan adalah hal yang terbaik untuk kehidupan saya dan saya yakin dari segala cobaan yang saya hadapi disitu selalu ada pertolongan Allah agar saya bisa menghadapinya.
“ Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu’min bertawakkal.” (Ali Imron : 160)
Setelah berdamai dengan diri saya sendiri dengan ikhlas, saya belajar untuk tawakal menghadapi hal ini. Saya mulai move on, saya melupakan semua hal yang saya lalui. Buku catatan kehamilan saya sembunyikan, aplikasi kehamilan dan penghitung masa subur saya hapus dari gadget saya, foto-foto yang berisi kenangan indah saat saya hamil saya hapus. Saya juga mencari berbagai macam kesibukan agar saya benar-benar lupa dengan kejadian yang saya alami. Sedikit demi sedikit saya fokus memperbaiki keadaan yang telah berantakan, terutama diri saya sendiri. Saya juga tidak terlalu berharap agar segera diberi kesempatan untuk hamil lagi. Saya ingat salah satu rukun iman, iman kepada qadha dan qadhar. Saya percaya Allah Maha Baik untuk hamba-Nya.
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Q.S Ar-Ra’d : 11)
“dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan. ” (QS. An-Nahl : 53)
------------------------------------------
Dari kejadian ini saya belajar bahwa dalam keadaan yang bagaimanapun, kita tidak boleh berburuk sangka terhadap segala ketentuan takdir-Nya. Dan benar saja, setelah keguguran di bulan Mei Allah menunjukkan kebesaran-Nya kepada saya. Ramadhan 1436 H saya positif hamil (lagi).
Subhanallah.. Alhamdulillah.. Allahuakbar..
0 comments